27072025
Jembatan apung yang membentang di atas Sungai Brantas itu menghubungkan Kawasan Industri Ngoro (Mojokerto) dengan Kecamatan Krembung (Sidoarjo). Tanpa jembatan ini, warga harus memutar cukup jauh melalui Jembatan Ranjang yang berada di selatan Pabrik Gula Krembung, dengan tambahan jarak hampir 10 km.
"Jembatan baru selesai dibuat tiga minggu ini. Sebagian besar yang melintas adalah buruh pabrik. Sekali melintas, warga membayar Rp 2.000", ujar Sugeng (54).
Awalnya Sugeng hanya menyediakan perahu tambang. Terinspirasi dari usaha jembatan perahu Haji Endang di Karawang, pada 2018 ia memutuskan untuk membuat jembatan. Saat itu ia masih menggunakan tong besi dan beroperasi hanya saat kemarau. "Karena (tong besi) mudah rusak, akhirnya saya mengganti dengan tong plastik. Tong plastik tersebut bisa bertahan hingga empat tahun," ujar Sugeng.
Pada musim kemarau ini, Sugeng harus mengeluarkan uang pribadi Rp 70 juta untuk memperbaiki jembatan. Sebagian besar uang digunakan untuk membeli kayu mahoni dan meranti yang digunakan sebagai dasar pijakan. "Tahun ini saya harus mengganti hampir tiga perempat bagian kayu dari jembatan yang panjangnya mencapai 130 meter," ujarnya.
Ia mengaku pendapatannya menurun setiap tahun. Ia menduga hal tersebut disebabkan oleh banyaknya buruh pabrik di kawasan Ngoro Industri yang terkena PHK. "Dulu dalam sehari, bisa mendapat uang hingga Rp 1 juta. Pendapatan itu digunakan untuk membayar tiga pekerja sebesar Rp 300.000 dalam tiga shift (24 jam operasional", ujarnya.