06042025
Satu per satu bus dari luar kota memasuki Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Minggu, 6 April 2025 siang. Gedung kedatangan penuh dengan penumpang membawa koper, ransel, dan harapan.
Di antara ratusan penumpang pada siang itu, tampak R (21) bersama kakak perempuannya. Mereka baru saja tiba dari Sumedang dan bergegas menuju area penjemputan. Air muka R terlihat lelah setelah menempuh perjalanan selama lima jam. Namun sorot matanya memancarkan semangat.
"Sudah lima bulan jadi tukang las. Ikut saudara. Enak, bayarannya lumayan daripada di kampung," ujar lulusan SMA dari Wado, Sumedang.
Ia diajak kakaknya untuk bekerja sebagai tukang las di Ciracas, Jakarta Timur. Tempat kerjanya itu tak jauh dari kediamannya di rumah sang kakak. Sebagai tukang las, upahnya Rp 250.000 per hari. Setelah dipotong untuk makan dan minum, ia bisa menabung Rp 150.000 sampai Rp 200.000 setelah jajan. Jumlah ini dua kali lipat dari gajinya ketika masih bekerja sebagai tukang las di kampung halaman.
D (20) juga memilih ikut saudaranya ke Jakarta, meninggalkan Lubuk Linggau di Sumatera Selatan. Sejak awal tahun 2025, ia menjadi karyawan salah satu perusahaan otobus. Tugasnya menawarkan tiket kepada calon penumpang di Terminal Kampung Rambutan. Gajinya saat ini Rp 1,5 juta per bulan. Kadang ada satu-dua penumpang yang memberikan bonus karena keramahan atau bantuannya memindahkan barang-barang ke bagasi.
"Saya ingin kuliah, tapi uangnya belum cukup. Sementara ini fokus kerja dulu, sambil nabung sedikit-sedikit. Kalau ada rezeki, baru lanjut sekolah," ujarnya.