08032025
Tiba-tiba dapat undangan ke Pekayon.
Hmm. Harus lewat Kemang. Kemarin, jembatannya amblas. Berarti bisa lewat situ.
***
Sebagai aktivis OpenStreetMap, ku biasanya langganan Grab. Tapi karena kali ini aku dapat kiriman Gopay Caramel Praline Macchiato, aku berangkat pakai Gojek sekarang. Sayang kalau enggak dipakai.
Suasana di situ lumayan gersang. Lumpur kering, berubah jadi tanah lagi. Terbawa angin, debu di mana-mana.
Para pegawai restoran di tepi jalan Kemang masih sibuk bergotong-royong mengeluarkan furniturnya ke luar ruangan. Digeser sebentar untuk membersihkan lantai.
Lumpurnya terlalu banyak. Memenuhi jalanan. Memenuhi lantai bangunan. Belum semuanya berhasil dibersihkan. Tapi ada juga yang sudah dimasukkan ke karung-karung yang ditinggalkan di tepi jalan. Belum diangkut.
Akses lajur jalan yang terhubung langsung dengan jembatan amblas ditutup untuk sementara. Ada petugas yang masih sibuk membersihkan lumpur di sana. Juga ada pasukan Zeni Angkatan Darat yang sedang mengusahakan perbaikan jembatan. Ada juga alat berat yang sedang mengangkut material sampah yang menyangkut di jembatan kekang, terbawa arus kali bekasi.
Oke. Sampai di Pekayon.
Ternyata, banjirnya tak sampai sini.
Konsepnya semacam studio tematik. Satu ruangan, satu tema, lengkap dengan dekor. Kami menggunakan sebuah ruangan untuk rekaman podkes.
Dekorasi ruangannya keren sekali. Pintu ruangan studio seakan-akan seperti pintu kemana saja ajaib Doraemon. Rasanya seperti tiba-tiba di luar negeri.
Ini pertama kalinya saya melihat setup podkes yang proper. Banyak peralatan lighting. Banyak peralatan sound. Ada mixer hardwarenya, yang tersambung ke beberapa mikrofon. Lalu, output dari mixer itu langsung terhubung ke laptop, dimasukkan ke aplikasi Audacity.
Banyak tripod. Ada -- kalau tidak salah -- tiga kamera sekaligus. Benar-benar seperti siaran berita di studio TV. Wow.
***
Sekitar jam tiga, beberapa rekanku mengingatkan bahwa di daerah hulu Kali Bekasi dan di daerah Jatiasih sudah turun hujan deras. Sementara itu, langit di Pekayon sudah sangat gelap. Disertai angin kencang yang membuat awan rendah bergerak begitu cepat, bagaikan asap.
Bahaya. Kalau Kali Bekasi meluap lagi, bisa-bisa aku tidak bisa pulang.
Aku pergi dari Pekayon tanpa pamit. Langsung pesan Gojek lagi.
Lari dari kejaran awan hujan.
Ah. Ternyata tidak bisa. Kami pun terkejar. Hujan deras menghampiri kami di Rawalumbu.
Terus terobos.
Pandangan di depan, sudah tak terlihat lagi, karena sedemikian derasnya air hujan. Hanya lampu sorot kendaraan lainlah yang kelihatan samar-samar di depan.