Sometimes, I feel this pressure building in my chest—an unnamed heaviness, dull and low, like an overcast sky that never quite lets the rain fall. And on those days, I want to scream—not in anger, but in mourning. As if I’m grieving for something vague and distant, maybe even imaginary. I want to scream part of my thoughts into the void, hoping they'll scatter and settle somewhere. Not to be heard. Not to be understood. Just to exist beyond me. And yet, I’ve spent too much time—years, even—thinking too hard about the logistics of screaming into the void. Like, which app do I use? There’s X (the husk formerly known as Twitter). I thought about it, briefly. But the place feeds on instant judgment. It devours you the moment you step outside the boundaries of the identity you've unintentionally built. I think some people followed me because of one hit tweet—one viral moment that said, “This is who I am.” But I’m not that moment. Not anymore. Maybe I never was. Now, when I post anyt...
07.10 pagi, LRT Jatimulya arah ke Dukuh Atas sempat mogok sekitar 300 m sebelum masuk ke Stasiun LRT Cawang. Setidaknya, aku melihat dua kotak lampu merah di panel kendali kabin. Satu di pojok kanan atas. Satu di tengah-tengah baris paling atas. Masinis sibuk memfoto layar dashboard. Beberapa saat kemudian, seseorang berseragam INKA (baju abu-abu tua + lanyard IMSS) ikut bergegas masuk ke kabin. Ia menggunakan kunci kabin yang berwujud seperti kunci letter T kecil untuk masuk ke dalam. Ada kotak panel yang dibuka. Sepertinya mereka sedang mengusahakan untuk mengambil alih kendali kereta secara manual. Pak Masinis berusaha melihat nomor kode seri kereta yang tertulis di atas kabin : TS 18 MC 01 / K1 1 20 79. Sepertinya beliau ingin mengirimkan laporan ke grup koordinasi. Pada layar monitor berlogo Siemens, muncul tampilan UI yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Akhirnya, LRT pun perlahan mulai bergerak lagi. Maju sedikit ke depan, sampai...
Musholla itu terletak di tepi jalan raya yang cukup ramai. Bagian selasar luarnya juga dipakai untuk tempat shalat, kalau jamaahnya sedang membludak. Selasar luar itu terletak tepat di tepi jalan raya, hanya dipisahkan oleh pagar yang cukup pendek. Jika ada orang yang berdiri shalat di selasar itu, pandangannya langsung menghadap orang-orang yang lalu lalang di jalan raya. Bisa tidak khusyuk. Oleh karena itu, DKM musholla biasanya membangun sebuah tenda sederhana menggunakan kain sebagai sisi tembok darurat selasar luar. Agar pengguna jalan tidak bisa melihat orang shalat, dan begitu juga sebaliknya. Tenda itu hanya dibangun pada saat-saat penting, khususnya ketika jamaah sedang membludak. Salah satu saat penting itu adalah hari ini. Nisfu sya'ban. Mulai magrib, jamaah datang cukup membludak. DKM musholla sampai menyewa ruko yang ada tepat di samping musholla sebagai ruangan tempat shalat tambahan bagi ibu-ibu. Setelah shalat magrib, dilanjutkan dengan penyampaian instruksi oleh pa...