20022025


"Satu republik otonom baru di dalam konfederasi bisa didirikan oleh minimal empat suku."

"Kalau kurang dari itu?"

"Tetap menginduk ke republik otonom yang sudah ada."

"Oh."

"Selain itu, struktur kepemimpinan internal di tiap suku pun sudah jelas dan terdefinisi. Dimusyawarahkan oleh para anggota suku."

"Jadi, kalau mau membentuk suku baru?"

"Rapatkan di paripurna republik otonom."

"Ooh."

"Secara bersama-sama, sebuah suku dan para sekutu-sekutunya, bekerjasama membuka hutan, untuk dijadikan permukiman dan lahan pertanian. Hak kepemilikan atas tanah yang dibuka secara bersama-sama itu dipegang bersama-sama menurut aturan adat. Basis pewarisannya menggunakan kombinasi sistem keturunan dan sistem musyawarah mufakat di tingkat suku."

"Keanggotaan suku tersebut secara eksklusif didasarkan menggunakan garis keturunan ke bawah. Kalaupun ada beberapa keluarga tak berkaitan darah berada di satu suku yang sama, keluarga itu memang ada sejak saat pendirian suku itu pada saat pertama. Jadi, hanya generasi pertama yang bisa "sesuku meski lain darah". Generasi seterusnya ke bawah, hanya bisa masuk melalui jalur darah."

"Identitas kesukuan pada suatu individu memiliki implikasi kuasa politik dan kuasa teritorial. Seseorang bisa bersaing dengan saudara-saudaranya sendiri untuk merebut kursi kepala suku. Hak atas alokasi teritori suku kepada individu pun bergantung pada bagaimana posisi individu di suku tersebut."

"Hubungan darah, definisi kelompok, politik dan teritori."

***

Tapi, semua sistem itu tidak berlaku di sini.

Di sini, semua hidup nafsi-nafsi. Relasi kuasa berbasis teritorial wilayah tampak begitu tipis. Pemilik kontrakan. Pemilik kost. Asal uang sewa tiap bulan lancar, semua aman. Asal aktivitas sehari-hari tidak begitu mengganggu tetangga sekitar, semua aman.

Setiap orang di sini selalu dikelilingi oleh orang asing. Kita asing bagi mereka. Mereka asing bagi kita. Benar-benar tak terasa ada struktur kuasa sama sekali. Pengecualian khusus bagi aparatur pemerintah yang berseragam.

Satu-satunya relasi kuasa yang nyata terasa kekuatannya di sini hanyalah relasi kuasa berbasis uang. Uang sewa ke ibu kost. Gaji dari boss. Jual beli barang dan jasa. Tak perlu mengenal lebih jauh mengenai pihak lain. Asalkan pihak tersebut menerima dan memberi uang, kita langsung otomatis percaya. 

Kontras sekali dengan sistem di sana.

Tak perlu definisi kelompok berbasis hubungan darah. Siapapun bisa membuat kelompoknya masing-masing. 

Soal politik, silahkan masuk melalui koridor yang sudah disediakan undang-undang : partai politik dan pemilihan umum.

Soal penguasaan teritori, silahkan langsung saja beli tanahnya. Atau, dekati saja siapapun yang secara legal saat ini menguasai tanah tersebut. 

***

Sekarang. Sistem mana yang lebih baik? Berbasis darah atau berbasis uang?

Kalau ternyata sistem berbasis uang itu memang yang terbaik, maka perlukah kita mempertahankan sistem berbasis darah tersebut?

Popular posts from this blog

020220250839a

23022025

13022025